spoon

RIWAYAT RINGKAS PERJUANGAN KEMERDEKAAN SELAMA 4 TAHUN (1945-1949)

0

Category :


1.      Daripada ikhtisar yang dilampirkan bersama tulisan ini, kiranya sekalian pembaca dapat melihat dan mengetahui serta mengukur sendiri, betapa grafik perjuangan kemerdekaan nasional, selama 4 tahun bulat ini.
2.    Mula pertama, ketika revolusi nasional lagi berkobar dan menggelora di seluruh Indonesia, seakan-akan telah masuk dalam pintu gerbang kemerdekaan Indonesia yang sejati.
3.      Pada waktu itu segenap lapisan masyarakat ikut serta. Tidak hanya yang memang asli “Pejuang kemerdekaan” dimasa yang sudah, ketika dizaman kolonial Belanda dahulu hingga pendudukan Jepang. Tetapi juga segala macam pengkhianat bangsa dan penjual agama, yang karena sengaja atau karena tidak disengajakan oleh pihak penjajah, ikut berjuang!!!
4.      Kemudian sekarang juga kita dapat menyaksikan siapakah golongan dan pihak serta orang-orang yang berjuang dengan sesungguhnya, Pejuang sejati, dan siapakah Pejuang palsu.
5.      Tiap-tiap kali revolusi nasional hendak menggelora dan menyapu sampah-sampah masyarakat, tiap-tiap kalinya itu dihambat, dihalangi dan dirintangi oleh berbagai-bagai ranjau dan penghalang, dari pihak Belanda penjajah, baik yang ada dalam tubuhnya pemerintah Belanda sendiri maupun yang sudah masuk meresap dalam darah daging dan jantungnya pemerintah Republik Indonesia.
6.      Dalam riwayat yang amat tragis, memilukan dan menyedihkan itu, maka berkali-kali “bahtera republik” terdampar atas batu karang yang amat curam sekali. “Berkat” usaha diplomasi, yang dilakukan oleh jago jago alias pemimpin republik! Itulah makanan yang dijanjikan “Belanda”, yang berisi racun bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia.
7.      Naskah Linggarjati bernatijahkan “repot” dan “rewel.” Tetapi lumayan, untuk menaikkan Syahrir di atas panggung “politik kolonial”. Biar negera dan Rakyat rugi dlohir dan bathin tapi Syahrir yang “kecil” itu menjadi “tuan besar”, cukuplah sudah agaknya. Yang lebih mentakjajubkan lagi, sebagian besar lapisan masyarakat menyetujui NASKAH LINGGARJATI itu, dengan karena kecerdikan tipu daya yang propagandistis, yang dihambur-hamburkan oleh pihak republik sendiri.

Istilah “International minded” (baca: internasional maindid) menjadi alasan yang maha penting. Hanya benteng Republik Indonesia “marhum” dan Masyumi serta keluarganya yang berani terang-terangan menyatakan “tidak setudju” kepada NASKAH LINGGARJATI itu, tetapi tetap loyal.
8.      Naskah Renville lebih tidak berharga lagi daripada Naskah Linggarjati, yang memang sudah amat merosot nilainya itu. Baik dipandang dari sudut politik, maupun ditinjau dari sudut militer. Walaupun NASKAH RENVILE ini merupakan harga pembelian negara yang amat rendah sekali, tetapi toh didalam kalangan yang Khusus. Sjarifuddin masih juga mendapat penghargaan yang pantas, sebagai “tengkulak negara” dan agen “imperialis Belanda”. Sayang umurnya pendek. Ya sayang! Kata manusia yang picik! Karena pada zaman “peristiwa Madiun” terakhir, ia telah pulang ke laknatullah. Riwayat tengkulaknya tidak memanjang, lebih daripada umurnya.
1)      Daerah Republik, yang sejak NASKAH LINGGARJATI hanya meliputi Jawa dan Sumatera Saja, maka dengan NASKAH RENVILE lebih merosot lagi, sampai batas “demarkasi Van Mook”.
2)      Luar daripada itu, merupakan tanah pendudukan, alias persiapan jajahan.
3)      Pemimpin-pemimpin didaerah pendudukan, baik yang nasional, yang Islam ataupun haluan lainnya, melarikan diri menuju ibu-kota republik (Djogdjakarta Adi Ningrat), sambil meninggalkan Rakyat, pengikut dan handai taulannya.
4)      Sebagian lagi, masuk kekota-kota pendudukan (Bandung, Djakarta, dll., sebagainya) untuk “cari-selamat”. Ada yang terus dan terlanjur menjadi “Belanda-hitam”, dan ada pula yang passif. Itu semuanya karena propaganda Belanda “menakut-nakuti” dan mengancam, walaupun katanya ada “ampunan” atau amnesti. Maklum penakut ..... sebelum dikejar, sudah lari tunggang-langgang!
5)      Tetapi walaupun betapa pula halnya, dengan adanya Naskah Renville dan kekhianatan Amir Sjarifuddin menjual negara dan Rakyat, maka wajiblah kita panjatkan syukur kehadlirat Ilaahi. Sebab karena NASKAH RENVILE dan khianatnya Amir Sjarifuddin-lah, maka Ummat Islam Bangsa Indonesia didaerah pendudukan, terutama di Jawa sebelah barat, lebih chusus lagi di Priangan dan Cirebon, sebagai pelopornya, terpaksa bangkit dan bergerak, angkat sendjata melawan penjajahan durdjana.
6)      Sekali lagi, Alhamdulillah, karena kalau Amir Sjarifuddin tidak berchianat dan menjual negara, rupanya –begitulah hitungan manusia– Ummat Islam akan tetap tidur nyenyak dan ..… Wallahu ‘alam!
9.      Taktik dan politik Belanda yang bernatijahkan NASKAH RENVILE, baik dengan memasukkan “agen-agennya” kedalam tubuh Republik, maupun dengan kekerasan dan keganasannya, yang merupakan aksi polisionil pertama, rupanya dianggap sebagai “percobaan” (steekpruf) untuk menentukan sikap dan pendiriannya dimasa mendatang.
10.   Kedalam digalau dengan penyakit “pembangunan”, sedang dari luar diserang dengan pukulan yang hebat, ialah Aksi Polisionil Kedua, maka dalam sekejap mata Pemerintah Republik jatuh ditangan Belanda.

Setelah ditawan, dengan cara yang halus, Pemerintah Republik tidak jemu-jemunya melagukan nyanyian-nyanyiannya yang sudah amat tidak aktuil itu, ialah membuat rundingan diplomasi.

Maka mau ataupun tidak mau, benteng Indonesia yang gagah perkasa itu, karena kalah silatnya dengan singa Belanda, terpaksa diikat lehernya, walaupun memakai rantai mas, dan kemudian masuk dalam salah satu kandang dalam Kebon Binatang Modern, yang bernamakan “Negara Indonesia Serikat” atau “Republik Indonesia Serikat.” Kalau perlu, dan tidak malu, boleh ganti lain “nama.”
11.  Inilah gambaran proses dan natijah, yang tumbuh daripada Statement Rum-Royen, yang dilangsungkan pada tanggal 7 Mei 1949, jam 17.00 itu.
12.  Dengan adanya Statement Rum-Royen itu, maka Rum telah menyelesaikan tugasnya:
1)      Atas nama Republik, khusus Bung Karno dan Bung Hatta, yang pada dewasa akhir-akhir ini memang tidak tahu malu lagi, menjual negara sampai habis, obral besar-besaran, sehingga mulai ditanda-tanganinya Statement Rum-Royen itu, maka hilang-musnahlah Kedaulatan Republik Indonesia, yang sejak beberapa waktu memang berangsur-angsur diserahkan kepada Belanda sang penjajah.
2)      Sebagai wakil Masyumi, wakil Ummat Islam ..…sungguh amat memalukan sekali! Kalau dulu, zaman Naskah Linggarjati Masyumi mati-matian “anti-Naskah-Linggarjati”, sekarang: wakil Masyumi dalam kabinet dan Wakil Ummat Islam sendiri yang dapat giliran terakhir: menjual negara sampai habis ledis.
3)      Sungguhpun peristiwa yang amat tragis itu amat memilukan hati Rakyat kita, ter-utama Ummat Islam Bangsa Indonesia, tetapi dibalik itu wajiblah kita bersyukur kehadlirat Ilaahi;
a.      bahwa di balik kerugian yang amat besar itu, dalam pandangan nasional, tetapi bagi Ummat Islam Bangsa Indonesia adalah semuanya itu menjadi salah satu syarat dan sebab akan turunnya Kurnia Ilaahi yang maha-besar ialah: Proklamasi Berdirinya Negara Islam Indonesia. Dan
b.      bahwa segala sesuatu itu sungguh-sungguh berputar karena qudrat iradat Allah semata-mata, Allahu Akbar. Tiada sesuatu di luar-Nya.
13.  Semoga Allah berkenan menjauhkan kita daripada pengulangan “lembaran hitam” daripada riwayat Diponegoro, riwayat pertentangan Khalifah ‘Ali dan Mu’awiyah, dan riwayat perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, selama 4 tahun ini, dan lain-lain riwayat yang natijahnya menjatuhkan harkat derajat dan kedudukan sesuatu Bangsa dan Ummat. Insya Allah, amin.
“Sebodoh-bodoh keledai, tidaklah ia jatuh atas batu, dimana ia mulai pertama jatuh!”

14.  Karena Republik Indonesia sejak hari tanggal tersebut di atas sudah menjadi negara bagian atau negara boneka, bahkan mungkin juga agak kurang daripada derajat yang sesudah itu, maka perlulah kami menyatakan beberapa peringatan, kalau-kalau masih ada jalan untuk menaikkan sebagian daripada Ummat yang terseret daripada jalan yang benar, yang sudah jatuh, kepada jalan kemuliaan.
Dengan karena Tolong dan Kurnia Allah punya hendaknya.

1)      Kepada saudara-saudara kaum republikeinen!

Kalau saudara-saudara masih mempunyai semangat berjuang dan hasrat melanjutkan perjuangan kemerdekaan: ikutilah langkah kita melakukan tugas suci, menggalang Negara Kurnia Allah, Negara Islam Indonesia!

2)      Kepada Ummat Islam Bangsa Indonesia!

Khususnya di sini kami harapkan kepada sdr. kita yang tertipu atau ditipu atau yang memberi kesempatan (untuk –pen.) ditipu, baik oleh pihak lawan (Belanda penjajah) maupun oleh pihak kawan sendiri (pemimpin-pemimpin Republik dan pemimpin-pemimpin Masyumi)!

Walaupun sudah terlalu amat terlambat, ‘ibarat “nasi sudah hampir menjadi bubur”, tetapi bagi saudara-saudara yang masih hendak menegakkan Kalimatullah –li ‘ilai kalimatillah– Insya Allah masih ada jalan terbuka yang dilapangkan Allah bagi melakukan wajib suci, sepanjang hukum-hukum suci, yang dikurniakan Allah, dengan pedoman Kitabullah dan Sunnatin-Nabi Saw.

Karena Allah semata-mata, bagi memelihara kesucian Agama dan kepentingan Negara, maka kami memberanikan diri, menyerukan kepada saudara-saudara sekalian: Marilah kita bersama-sama melangkah melakukan tugas wajib yang maha-suci menggalang Negara Kurnia Allah, Negara Islam Indonesia! Insya Allah, hanya itu Sajalah jalan yang menjamin keselamatan seluruh Ummat Islam Bangsa Indonesia, dlohir maupun bathin, didunia hingga diakhirat kelak! Amin.
3)      Tentang hal ini, kepada saudara-saudara kaum Republikkeinen dan Ummat Islam Bangsa Indonesia, yang tertipu atau ditipu.

Periksalah sekali lagi Maklumat Imam No. 6, yang ditulis pada awal-permulaan Belanda melakukan aksi Polisionilnya yang kedua, 22 Safar 1368/23 Desember 1948!!! Camkanlah baik-baik!!
15.  Dengan ini, maka dalam 4 tingkatan masa perjuangan (fase) selesailah sudah perjuangan kemerdekaan nasional, yang diusahakan selama 4 tahun itu.

Tegasnya: kini Republik Indonesia telah kembali kepada derajat sebelum proklamasi, yakni: derajat nol besar.

Inna lillahi wa inna ilaihi radji'un!

Post a comment